Setiap bulan Rabiul Awal di berbagai belahan dunia ada perayaan maulid Nabi Muhammad SAW. Hal ini unik karena semasa hidup Nabi tidak pernah merayakan hari lahirnya. Dan perayaan itu juga seolah 'hanya' meniru praktik agama lain. Namun karena sudah menjadi tradisi dan juga bukti kecintaan kepada Rasulullah SAW, maka perayaan ini terus berlanjut bahkan menjadi tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia. Di kalangan umat Islam sendiri, harus diakui ada pro dan kontra, meski sebagian besar berpendapat bahwa merayakan maulid Nabi.
Meski sudah menjadi semacam tradisi, diakui hingga saat ini masih terjadi perbedaan pendapat tentang kapan sebenarnya Maulid Nabi mulai diperingati oleh umat Islam. Jika ditelusuri dalam kitab kurma (sejarah), perayaan Maulid Nabi tidak ditemukan pada waktu para sahabat, tabiin, tabiit tabiin, dan keempat imam mazhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii). , dan Imam Ahmad).
Uniknya, mereka adalah orang-orang yang sangat mencintai dan memuliakan Nabi Muhammad. Mereka juga termasuk yang paling antusias dan menghayati setiap ajaran yang diturunkan oleh beliau
Sebagian orang berpendapat bahwa Maulid Nabi pertama kali muncul pada masa Saladin al-Ayyubi (1193 M). Saladin dikatakan telah mendorong pengikutnya untuk merayakan Maulid Nabi untuk meningkatkan semangat jihad di kalangan umat Islam. Saat itu, Saladin dan kaum muslimin memang sedang dalam fase berperang melawan tentara atau Tentara Salib.
Namun, pendapat ini masih diperdebatkan. Mereka yang menyangkal bahwa Saladin adalah pelopor Maulid beralasan, tidak ada catatan sejarah yang menjelaskan isu Saladin menjadikan Maulid Nabi sebagai bagian dari perjuangannya dalam Perang Salib. Menurut beberapa sejarawan Islam, peringatan dan perayaan Maulid Nabi dipelopori oleh Dinasti Ubadiyyun atau disebut juga Fatimiyah (garis keturunan mereka berdasarkan Fatimah). Al Maqrizi, salah satu tokoh sejarah Islam, mengatakan bahwa kekhalifahan Fatimiyah memang memiliki banyak perayaan sepanjang tahun.
Diantaranya perayaan tahun baru, hari Asyura, Maulid Nabi, maulid Ali bin Ali Thalib, maulid Hasan dan Husain, maulid Fatimah al Zahra, perayaan malam pertama Nabi Muhammad SAW. bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Syaban, perayaan malam pertama Ramadhan, perayaan malam pertama Ramadhan. Idul Fitri dan Idul Adha, perayaan malam Al Kholij, perayaan hari Nauruz (Tahun Baru Persia), dan lain-lain.
Dalam beberapa buku sejarah juga disebutkan bahwa dinasti Fatimiyah memang yang memprakarsai perayaan Maulid Nabi. Perlu diketahui sebelumnya, pemerintahan Fatimiyah didirikan pada tahun 909 M di Tunisia. Enam dekade setelahnya , pusat kekuasan di pindah ke kairo, Mesir. Dua tahun setelah masuknya Saladin al-Ayubbi ke Mesir, yaitu sekitar tahun 1171, dinasti Fatimiyah runtuh. Keberadaan perayaan Maulid Nabi oleh dinasti Fatimiyah disebutkan antara lain oleh dua orang sejarawan dan ilmuwan pada masa dinasti Mamluk, beberapa abad setelah masa hidup Saladin. Salah seorang ahli sejarah yang disebutkan sebelumnya, yaitu al-Maqrizi (1442) dan al-Qalqashandi (1418).
Al-Qalqashandi menyebutkan secara singkat perayaan Maulid Nabi oleh Dinasti Fatimiyah dalam kitab Subh al-A'sya jilid III (1914: 502-3). Perayaan tersebut dilaksanakan pada tanggal 12 Rabiul Awal yang dipimpin oleh Khalifah Fatimiyah dan dihadiri oleh para petinggi kerajaan seperti Qadhi al-Qudhat, Da'i al-Du'at, serta para petinggi Kairo dan Mesir. A
cara tersebut dijelaskan dibuka dengan pembacaan ayat suci Alquran dan khutbah oleh tiga orang guru besar. Meskipun ada sumber referensi yang menyebutkan bahwa dinasti Fatimiyah adalah yang pertama menyelenggarakan Maulid Nabi, namun hal ini juga masih menjadi perdebatan. Sebab, ketika Ibnu Jubair melakukan ziarah melalui Mesir pada tahun 1183, tidak disebutkan tentang adat Maulid di sana. Sudah dua belas tahun sejak jatuhnya dinasti Fatimiyah dan Mesir telah diperintah oleh Saladin. Pada Rabiul Awal tahun itu, Ibnu Jubair (w. 1217) masih belum menyeberang dari Mesir ke Jeddah. Jika kebiasaan maulid di Mesir menjadi kebiasaan yang populer di kalangan masyarakat sejak zaman Fatimiyah, dan kemudian dilanjutkan pada masa Saladin, sepertinya tidak mungkin hal ini luput dari pengamatan Ibn Jubair dan kemudian ia masukkan dalam buku-buku perjalanannya.
Terdapat 5 makna dalam perayaan maulid nabi antara lain :
Peringatan maulid Nabi bisa dijadikan momentum untuk menyampaikan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Peringatan Maulid Nabi mengajak kita semua untuk selalu mempersembahkan dan memperbanyak sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Agar dapat lebih meningkatkan rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW.
Umat Islam juga harus berbahagia memperingati maulid nabi. Pasalnya, peringatan maulid Nabi berarti merayakan kehadiran sosok yang menjadi panutan bagi umat Islam sesuai dengan Al-Ahzab ayat 21.
Hikmah maulid Nabi juga bisa menjadi momentum untuk meneguhkan kembali kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW dengan mengikuti ajarannya. Mencintai Nabi Muhammad juga berarti mencintai Allah SWT. Dalam Surat Ali Imran ayat 31 dijelaskan bahwa syarat mencintai Allah adalah mengikuti Nabi Muhammad.
Peringatan Maulid Nabi tidak hanya bersifat seremonial, tetapi meniru perilaku dan tindakan Nabi Muhammad dalam segala aspek kehidupan dan aktualisasi diri. Bagi kaum milenial bisa ditiru dengan menjadi pemuda-pemuda yang hebat. Kemudian, untuk suami bisa meniru kejujuran dan keadilan. Dan sosok ayah terbaik yang mencintai keluarganya dan tidak pernah marah-marah. Juga menjadi pemimpin yang sangat adil dan guru yang bijaksana. .
Hikmah maulid nabi juga berarti melanjutkan perjuangan dan misi Nabi Muhammad dengan mengikuti al-Qur'an dan sunnah. mengamalkan al qur'an dan sunnah dapat menjadi pedoman dan juga menyempurnakan islam. Jadikan peringatan Maulid Nabi sebagai momentum untuk meningkatkan akhlak dengan meneladani perilaku Nabi Muhammad dan juga meningkatkan keimanan kepada Allah SWT.