Kalender yang umum digunakan di Indonesia adalah kalender Masehi yang dimulai pada tanggal 1 Januari setiap tahunnya. Dalam prosesnya, tahun baru tidak langsung ditetapkan pada 1 Januari melainkan 1 Maret. Seiring berjalannya waktu, terjadi penyempurnaan oleh Bangsa Romawi.
Pada awalnya perayaan Tahun Baru tertua di muka bumi ini diyakini terjadi di Mesopotamia (sekarang Irak), sekitar tahun 2000 SM (SM). Tapi, saat itu tahun baru dirayakan pada pertengahan Maret. Karena saat itu sedang terjadi pergantian musim. Merayakan tahun baru dengan alasan menyambut pergantian musim, merupakan hal biasa pada zaman dahulu. Ini tidak seperti sekarang merayakannya dikarenakan akhir kalender Tahunan. Masyarakat Mesopotamia, misalnya, merayakan datangnya musim semi untuk memperingati Tahun Baru masehi.
Orang Mesir dan Persia merayakan Tahun Baru saat datangnya musim gugur. Sedangkan di Yunani merayakantahun baru di tandai dengan datangnya musim dingin. Perayaan tahun baru dengan alasan penanggalan Atau kalender yang sebenarnya dibawa oleh bangsa Romawi. Pada awalnya orang Romawi merayakan tahun baru setiap tanggal 1 Maret.
Karena pada awalnya, penanggalan Romawi hanya memiliki 10 bulan. untuk itu perayaan tahun baru masehi dimulai pada bulan Maret.
Kita bisa mengetahuinya dari nama bulan yang berasal dari bahasa latin. September berasal dari kata septem, kata Latin untuk tujuh. Padahal September kini sudah menjadi bulan kesembilan. Octo adalah kata Latin yang berarti delapan. Sekarang, Oktober adalah bulan kesepuluh. Begitu pula November (Novem = 9), dan Desember (Desem = 10).
Kalender Romawi pertama, yang hanya memiliki 10 bulan, dibuat oleh raja pertama Roma, Romulus, pada tahun 753 SM. Kemudian, pada 700 SM, penerus kaisar Romawi Romulus, Numa Pontilius, mengubah kalender Romulus. Pasalnya, dalam kalender Romulus, jumlah hari terlalu sedikit, dan ternyata tidak sesuai dengan realita musim. Ia menambahkan dua bulan tambahan, yakni Januari (Ianuarius) dan Februari (Februari). Meski penanggalan sudah berganti, perayaan Tahun Baru 1 Januari baru dirayakan pada tahun 153 SM. Tahun baru telah bergeser, dari 1 Maret akhirnya menjadi 1 Januari.
Pada 46 SM, Julius Caesar juga memperkenalkan kalender baru, yang didasarkan pada pergerakan matahari. Kemudian Julius Caesar menegaskan kembali perayaan tahun baru setiap tanggal 1 Januari. Lalu, mengapa orang Romawi merayakan Tahun Baru? Dalam sistem pemerintahan Romawi, ada yang namanya Konsul, semacam dua perdana menteri yang memimpin administrasi pemerintahan. Masa jabatan mereka adalah 12 bulan. Diyakini karena setiap 1 Januari ada Konsul baru yang bertugas, maka masyarakat merayakannya.
Di Eropa abad pertengahan (Medieval) atau era setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi, perayaan tahun baru setiap 1 Januari dianggap sebagai perayaan yang bertentangan dengan agama Kristen. Dewan agama Kristen di kota Tours Prancis menghapus perayaan Tahun Baru pada 1 Januari. Karena keputusan ini, pada masa itu, orang Eropa merayakan tahun baru pada 25 Desember, 1 Maret, 25 Maret, dan Paskah. Pada tahun 1582, kalender Julius Caesar disempurnakan lagi, benar-benar menjadi kalender yang digunakan saat ini. Ini disebut kalender Gregorian. Nama Gregorian diambil dari nama pemimpin Katolik saat itu, Paus Gregorius XIII, yang meresmikan penggunaan kalender ini pada Oktober 1582. Kalender ini dibuat oleh Christopher Clavius, seorang matematikawan dan astronom Jerman. Kalender ini kembali 'meluruskan' bahwa tahun baru diperingati pada 1 Januari.
Fakta yang menarik adalah, meskipun kalender Gregorian digunakan dan disetujui oleh banyak negara berbasis Katolik, tidak semua negara berbasis Kristen menggunakannya. Inggris, misalnya, tidak menggunakan kalender ini sampai 1752. Oleh karena itu, sebelum 1752, Inggris masih merayakan tahun baru di bulan Maret.
Setelah mengetahui sejarah dari tahun baru masehi, ada pula tradisi yang di lakukan berbagai negara dunia untuk merayakan tahun baru masehi tersebut antara lain :
Di Spanyol, penduduk setempat akan makan 12 buah anggur tepat pada tengah malam untuk menghormati tradisi yang telah ada sejak akhir abad ke-19. Tradisi ini, yang dimulai pada 1800-an, bermula dari tipuan petani anggur di daerah Alicant untuk menjual lebih banyak anggur menjelang akhir tahun. Sampai saat ini ini, orang Spanyol terus menikmati makan satu buah anggur untuk setiap 12 bunyi bel pertama yang dibunyikan setelah tengah malam dengan harapan buah anggur akan membawa keberuntungan dan kemakmuran.
Orang Denmark menyambut tahun baru dengan melemparkan piring dan gelas tua ke pintu rumah keluarga dan teman mereka untuk mengusir roh jahat. Mereka juga biasanya akan berdiri di atas kursi dan melompat bersama di tengah malam untuk "melompat" ke bulan Januari, dengan harapan keberuntungan akan datang.
Di Finlandia, orang memprediksi apa yang akan terjadi di tahun depan dengan menuangkan timah cair ke dalam wadah berisi air, kemudian menafsirkan bentuk logam setelah mengeras. Misalnya, bentuk hati atau cincin melambangkan pernikahan, sementara kapal meramalkan perjalanan dan babi mengatakan akan ada banyak makanan.
Untuk mengusir roh jahat dan menyambut tahun baru dengan "bersih", merupakan kebiasaan untuk membakar patung (muñecos) orang-orang terkenal seperti tokoh televisi dan tokoh politik di Panama. Rupanya, patung-patung itu mewakili tahun lalu.
Saat tahun baru, biasanya bawang digantung di depan rumah sebagai simbol kebangkitan di tahun baru. Selain itu, orang tua juga akan membangunkan anaknya dengan menyentuh kepalanya dengan bawang.
Dalam budaya Jepang, menyambut tahun baru dengan semangkuk mie soba dalam ritual yang disebut toshikoshi soba, atau mie sepanjang tahun adalah hal yang biasa.