Cinta dari seorang ibu sepanjang zaman, dan pepatah itu sering digunakan. Namun, bukan tanpa alasan, karena Ibu merawat kita sampai akhir hayatnya. Kontribusinya tidak terbatas dan tak terhitung, ibu selalu menyambut kita dengan cinta dan harapan sejak anak memasuki dunia ini dan menitikkan air mata pertama. Mungkin ia memandang kita sebagai mutiara karena meskipun kita tidak mengetahuinya, nama kita muncul di setiap doa. Nama yang diberikan kepada kita juga mewakili keinginan dan harapan seorang ibu bahwa suatu saat nanti akan cocok dengan arti nama anaknya. Ibu adalah kata yang dalam. Ribuan puisi mungkin telah ditulis oleh banyak penyair. Namun, bagaimana setiap orang menafsirkannya akan sangat bervariasi. Sebagian orang beranggapan bahwa Ibu adalah penyembuh, sahabat, dan orang yang selalu mendengarkan anaknya ketika sakit. Mereka juga berpikir bahwa kata-kata Ibu memiliki seribu interpretasi yang berbeda.
Hari Ibu biasanya dirayakan dengan memberikan hadiah kepada ibu, membebaskan ibu dari tugas rumah tangga, memberi bunga atau kue, atau sebaliknya memanjakan ibu. Ibu didorong untuk menghabiskan Hari Ibu dimanjakan seperti ratu, duduk dan bermain dengan teknologi sementara anak-anak dan pasangan mengurus pekerjaan rumah tangga. Tampaknya tugas rumah tangga ibu adalah satu-satunya alasan mengapa dia dihormati sebagai figur ibu di hari istimewa. Hari Ibu memiliki makna yang hampa, dengan gagasan kesetaraan yang memberi jalan pada semangat domestikasi perempuan. Ibu memberikan kesan bahwa dia hanya peduli pada masalah keluarga karena dia adalah simbol wanita ideal.
Di luar peran itu, dianggap tidak mewakili citra kesucian seorang ibu. Padahal seorang ibu mungkin memainkan banyak fungsi berbeda di dunia saat ini. Ibu memegang berbagai posisi, termasuk pemimpin daerah, menteri, pengacara, pengusaha, guru, dan EO. Ibu diberi tanggung jawab manajemen yang sama untuk memimpin dan sebagai laki-laki. Menstruasi, hamil, nifas, nifas, dan menyusui adalah 5 tugas biologis perempuan yang secara biologis berbeda dengan tugas reproduksi yang dilakukan ibu. 5 proses biologis ini hanya menentukan bagaimana tugas didistribusikan dan mereka tidak boleh digunakan sebagai pembenaran untuk mengurung perempuan di rumah. Semua segi kemanusiaan diharapkan dihormati dalam sosok ibu.
Karena keistimewaan itu, maka kita memiliki hak untuk merayakan para ibu di dunia. Kemudian Di Indonesia, Hari Ibu diperingati pada tanggal 22 Desember. Namun, tahukah Anda bagaimana kenapa dipilih tanggal itu?
Pada tanggal 22-25 Desember 1928, hari kongres perempuan pertama diselenggarakan. Pada hari itu Yogyakarta menjadi tuan. Momen ini dianggap sebagai awal perjuangan perempuan Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari seluruh Indonesia berkumpul pada hari itu untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dan kualitas hidup yang lebih baik. Tiga wanita, RA. Soekonto dari Organisasi Wanita Utomo, Nyi Hajar Dewantara dari Wanita Taman Siswa, dan Sujatin dari Putri Indonesia mengorganisir kongres tersebut. Kongres tersebut dihadiri oleh sekitar 1.000 perempuan dari 30 organisasi yang berbeda, termasuk individu dari berbagai latar belakang ras dan agama yang berbeda. Terlepas dari perbedaan mereka, mereka berinteraksi dan berbagi ide.
Mereka berbicara tentang berbagai hak perempuan, terutama yang berkaitan dengan pernikahan dan pendidikan. Mayoritas topik yang dibahas dalam onferensi tersebut terkait dengan kemajuan perempuan. Namun pada akhirnya, kongres tersebut menyebabkan laki-laki dan perempuan bekerja sama untuk memperjuangkan persatuan nasional. Kongres Perempuan Indonesia Ketiga menetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu pada tahun 1938 dengan menggunakan ini sebagai landasan. Di sekitar 85 kota di Indonesia, Hari Ibu yang ke-25 diperingati secara luas pada tahun 1953. Hari Ibu akhirnya dibuat oleh Presiden Soekarno melalui Keputusan Presiden Nomor 315 Tahun 1959 yang jatuh pada tanggal 22 Desember. Sejak itu Hari Ibu diperingati setiap tanggal 22 Desember sampai sekarang.
Banyak masyarakat Indonesia yang menentang ketika Presiden Soekarno menetapkan Hari Kartini sebagai cara untuk menghormati para aktivis yang mengkampanyekan emansipasi perempuan, khususnya R.A. Kartini. Karena mereka percaya bahwa Kartini hanya aktif di wilayah Jepara dan Rembang. Kartini juga dianggap lebih bersahabat dengan Belanda. Untuk menghindari penentangan dari warga tersebut, Presiden Soekarno yang sudah lebih dulu menetapkan Hari Kartini akhirnya membentuk Hari Ibu untuk menghormati para pahlawan wanita lainnya.
Hak-hak perempuan ada dalam agenda kongres secara eksklusif. Hal ini ditunjukkan dengan pertemuan yang dihadiri Moega Roemah di hari kedua kongres dan membahas topik pernikahan anak. Sebelum wanita memperoleh kemerdekaannya, wanita muda biasanya dinikahkan. Pembicara lain dari Surabaya, Poetri Boedi Sedjati (PBS), membahas status dan harga diri perempuan Jawa.
Perayaan Hari Ibu di Indonesia lebih dari sekadar perayaan romantis sederhana. Hari Ibu diperingati oleh semua wanita Indonesia, tidak hanya mereka yang menjadi ibu kandung. Tujuan awal perayaan Hari Ibu, menurut sejarahnya, adalah untuk merayakan semangat dan pengorbanan perempuan Indonesia yang bekerja untuk meningkatkan taraf hidup di negaranya. Acara ini juga untuk menghormati semangat perempuan yang bisa bersatu untuk memajukan masyarakat dan bangsanya. Di sisi lain, seorang ibu tidak boleh lupa bahwa tugas utamanya adalah mendidik anak-anaknya. Dia harus membesarkan satu generasi, memberinya gelar ibu. Ibu modern perlu menyadari ruang lingkup kewajiban mereka.
Memahami makna Hari Ibu sangat penting di dunia modern. Perayaan-perayaan seremonial saja tidak menghilangkan semangat keberanian para ibu yang menjalankan tugasnya di Hari Ibu. Mengenal ada istilah linguistik yang berarti mengakui, mengenali, atau menghargai. Dengan kata lain, merayakan Hari Ibu membawa kembali makna aslinya dengan menghormati prinsip-prinsip yang selalu diperjuangkan Hari Ibu. Oleh karena itu, penting untuk mengembalikan Hari Ibu pada semangat yang diwakili oleh masa lalunya, yaitu perjuangan untuk kemanusiaan perempuan. Jadi, merayakan ibu berarti memberi mereka ruang untuk berkembang menjadi manusia seutuhnya, sebagai ibu yang memiliki kewajiban sosial di samping tanggung jawab kodratnya. Seorang ibu sejati layak dikagumi karena kemanusiaannya dalam semua tugas sosial dan keluarga. Hari Ibu adalah kesempatan untuk dengan penuh semangat mendukung hak-hak perempuan.
Ibu layak diakui sebagai pribadi manusia yang memiliki hak. Tergantung pada kemampuan dan potensinya, ibu memiliki hak untuk memutuskan bagaimana hidup, apa yang harus dipelajari, dan bagaimana menyesuaikan diri dengan masyarakat. Hari Ibu diperingati untuk membela para ibu dari segala aktivitas yang dapat merusak mereka. Perempuan secara historis lebih rentan terhadap berbagai ketidakadilan, termasuk diskriminasi, marginalisasi, stereotip yang tidak menguntungkan, memikul dua beban sekaligus, dan menjadi objek kekerasan.
Hari Ibu seharusnya menjadi titik awal diskusi tentang bagaimana ibu dilindungi sebagai perempuan. Mengkaji pentingnya Hari Ibu sebagai bagian dari pendidikan masyarakat. Sangat penting untuk diingat bahwa menghargai ibu sejati sebagai seorang wanita dalam semua kemanusiaannya berarti menghormatinya. Ketika seseorang memiliki kesadaran yang kuat tentang sifat dasar ibu sebagai manusia, maka Hari Ibu menjadi kesempatan penting untuk merayakan kemanusiaan perempuan.