Melodi Takbir di 10 Dzulhijjah 1447 H: Menyemai Jiwa di Hari Kurban

Melodi Takbir di 10 Dzulhijjah 1447 H: Menyemai Jiwa di Hari Kurban

Hari raya Iduladha atau sering disebut Lebaran Kurban merupakan salah satu momen yang paling dinanti oleh umat Islam di seluruh dunia. Di tahun ini, dalam kalender Hijriah 1447, 10 Dzulhijjah kembali mengundang kita untuk merenungi nilai-nilai luhur di balik tradisi berkurban, menjalin kembali makna pengorbanan, kepedulian, dan kebersamaan.

Makna Dirgahayu Kurban

Dalam setiap tarikan nafas takbir “Allahu Akbar!” kita diingatkan akan teladan sejati dari Ibrahim AS yang rela mengorbankan segalanya demi ketaatan kepada Sang Pencipta. Hari ini menjadi waktu khas untuk menyadari bahwa ibadah kurban bukan sekadar potong hewan, melainkan wujud iman yang berbuah tindakan nyata: membagi kepada sesama, mengenyahkan ego, meneguhkan kepedulian.

Ketika hewan kurban dikeluarkan dan dibagi, maka terlaksana semangat sosial yang dalam—mengajak kita untuk hadir di tengah yang membutuhkan. Ritual itu juga mengajak kita untuk “kurban” dalam arti yang lebih luas: mengabdi, melayani, dan berbagi sebagai wujud iman yang hidup.

Waktu & Perayaan di 1447 Hijriah

Berdasarkan kalender, hari raya Iduladha berlaku setiap 10 Dzulhijjah. caritahu.kontan.co.id+2antaranews.com+2 Meski demikian, penetapan tanggal persis di setiap negara bisa berbeda karena perbedaan metode hisab, rukyat atau wilayah. Dalam kenyataan lokal di Indonesia maupun komunitas Muslim global, perbedaan ini sering menjadi bagian dari dinamika kebersamaan yang tetap dengan semangat persaudaraan.

Perayaan dimulai dengan takbir malam sebelumnya hingga shalat Iduladha di pagi hari berikutnya. Suasana menjadi hangat: keluarga berkumpul, masjid dan lapangan dipenuhi, anak-anak bersuka cita, orang tua berbagi cerita dan hikmah, dan tentu saja hewan kurban yang telah dipersiapkan sejak jauh-hari.

Hikmah yang Bisa Diambil

1. Ketaatan dalam Keikhlasan
Episode Nabi Ibrahim AS meneguhkan tekad dan ketaatan yang luar biasa. Bagi kita, ini menjadi panggilan untuk selalu menjalankan perintah Allah dengan tulus, bukan karena penglihatan orang lain atau ritual semata.

2. Kepedulian terhadap Sesama
Berkurban berarti daging yang dibagikan bukan hanya simbol, melainkan wujud nyata bahwa kita peduli untuk orang lain—saudara-seiman, tetangga, hingga kelompok yang terpinggirkan. Dalam pluralitas masyarakat, ini menjadi sarana konkret untuk memperkuat ukhuwah.

3. Penyucian Harta dan Jiwa
Harta yang dipergunakan untuk berkurban menjadi bagian dari proses penyucian, menyadarkan kita bahwa segala yang kita miliki pada akhirnya berasal dari Allah dan sewaktu-waktu harus dikembalikan dalam bentuk tanggungjawab sosial.

4. Refleksi Diri dan Pembaruan
Iduladha bukan sekadar hari raya yang berakhir saat salat dan pembagian daging selesai. Lebih dari itu, ia adalah momen untuk introspeksi: “Apakah saya sudah rela berkurban dalam rasa, tindakan, waktu, dan tenaga?” “Apakah saya cukup hadir untuk sesama?” “Apakah iman saya telah mendorong saya ke arah yang lebih baik?”

Tantangan Zaman & Relevansinya Hari Ini

Di era informasi dan metropolitan seperti saat ini, tantangannya bukan hanya memilih hewan kurban yang sesuai syariat, tetapi juga menjaga makna agar tidak sekadar “ritual besar” namun kehilangan ruhinya. Banyak yang sibuk dengan logistik, dokumentasi media sosial, dan acara meriah sementara pesan pengorbanan, rendah hati, dan solidaritas bisa saja tersisihkan.

Oleh karena itu, penting sekali bahwa momentum 10 Dzulhijjah ini kita gunakan untuk mengembalikan makna ke pusatnya: Keikhlasan, ketaatan, dan kebersamaan. Tidak kalah penting: memastikan bahwa daging kurban benar-benar sampai ke tangan yang membutuhkan, dan pemerataannya adil.

Menyambut Tahun Hijriah dengan Semangat Kurban

Meski momen tahun ini adalah Iduladha di 1447 Hijriah, tak hanya angka tanggal yang kita rayakan. Kita rayakan semangat: semangat yang menuntun kita untuk “berkurban” dalam banyak dimensi—tidak hanya harta, tetapi juga waktu, tenaga, dan perhatian. Semoga setiap takbir, setiap tetes keringat dalam persiapan kurban, dan setiap senyum penerima daging kurban menjadi bagian dari transformasi diri kita.

Mari kita tutup dengan doa: semoga Allah menerima ibadah kita, memperkuat ukhuwah kita, dan menjadikan kita pribadi yang semakin peka terhadap sesama. Semoga Iduladha 1447 H ini membawa keberkahan yang besar tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi bagi lingkungan, komunitas, dan umat secara luas.

Selamat Hari Raya Iduladha 1447 H! Taqabbalallâhu minnâ waminkum semoga amal kita diterima dan menjadi berkah bagi semua.

Baca Juga