Bahaya! Saat ini Islam sedang darurat perasatuan, karena kerap adanya perbedaan pendapat. Padahal agama bukanlah untuk diperdebatkan, apalagi jika seiman. Sebab, agama harusnya menjadi pemersatu karena Allah. Termasuk soal amalan saat tahun Baru Hijriah. Banyak pendapat mengenai hukum merayakan Tahun Baru Islam.
Ada yang menyebutkan perayaan Tahun Baru Islam merupakan bid’ah. Alasannya, karena di zaman Rasulullah tidak ada perayaan tersebut, dan cenderung mengikuti orang-orang Yahudi. Namun, sudahkah mengkaji lebih dalam mengenai penentuan penanggalan di zaman itu? Sebab, mem-bid’ah-kan sesuatu tidak bisa hanya berdasarkan tidak ada di zaman Rasul.
Benar adanya, di zaman Rasulullah, ketika dipimpin oleh Umar bin Khattab, tidak ada penanggalan dan tahun baru. Lantas, bukan berarti ajaran Tahun Baru Islam merupakan bid’ah. Sebab, pada masa kepemimpinan Umar, tidak semua bisa baca tulis. Lalu, diadakan musyawarah untuk menentukan kalender Hijriah.
Mereka berkumpul dalam menentukan kapan tahun 1 dimulai sebagai tahun baru? Sehingga nantinya bisa diperingati dengan melakukan amalan saat tahun Baru Hijriah. Seorang sahabat memberikan saran, bagaimana kalau tahun 1 jatuh tepat saat pertama turunnya wahyu? Saran kedua, tahun 1 dimulai sejak Nabi Muhammad saw lahir.
Pendapat ketiga, tahun 1 dimulai sejak Nabi Muhammad saw meninggal. Ketiga pendapat tersebut gugur, karena dirasa tidak cocok. Ali pun memberikan pendapat, tahun 1 dimulai ketika Hijrah yaitu tepat pada 1 Muharram. Pendapat terakhir disetujui secara musyawarah antara sahabat Nabi Muhammad. Sebab, pemisah antara yang hak dan bathil adalah hijrah.
Sehingga ditetapkan umat Nabi bisa menjalankan amalan saat tahun Baru Hijriah menjelang 1 Muharram. Hukum merayakan Tahun Baru Islam yaitu boleh atau mubah. Sehingga, bagi yang mau melakukan amalan soleh di hari tersebut, boleh dan dapat pahala, karena beramal soleh. Lantas, bagi yang tidak mau rayakan, juga tidak masalah.
Penetapan 1 Muharram sebagai Tahun Baru Islam melalui musyawarah di zaman kepemimpinan Umar bin Khattab. Tahun 1 di kalender Hijriah diambil dari waktu Nabi Muhammad saw melakukan Hijrah. Di mana Hijrah menjadi pemisah antara hak dan yang bathil. Berikut ini amalan soleh yang bisa dilakukan dalam peringatan Tahun Baru Islam.
Pada hadits Al-Bukhari Nomor 1379 dijelaskan bahwa puasa yang dianjurkan setelah bulan Ramadhan adalah puasa yang dilaksanakan di bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab. Pada bulan-bulan selain Ramadhan tersebut, dianjurkan untuk memperbanyak amalan soleh dengan melakukan puasa sunnah tasu’a (9 Muharram) atau asyura (10 Muharram).
Amalan saat tahun Baru Hijriah yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan ibadah. Sholat tepat waktu, ditambah dengan berzikir, dan memperbanyak membaca Al-Quran. Bulan Muharram ini memiliki tingkatan pahala yang berlipat ganda, karenanya dianjurkan memperbanyak ibadah dan jangan lalai.
Di bulan-bulan lainnya juga tetap harus menjaga ibadah, karena sudah menjadi kewajiban bagi seorang muslim untuk bertakwa kepada Allah swt. Namun, berbedanya di bulan Muharram ini, ibadah yang dikerjakan harus lebih banyak. Jika tidak atau jarang sholat sunnah, maka coba sertakan sholat-sholat sunnah untuk meningkatkan ibadah.
Selain itu, keluarkanlah banyak sedekah di Tahun Baru Islam dengan mengharap ridha dari Allah swt. Sedekah kepada siapa? Jangan melihat yang terlalu jauh, karena di sekeliling ada keluarga, sanak saudara, dan tetangga terdekat. Coba lihatlah mereka yang berhak mendapatkan sedekah untuk amalan saat tahun Baru Hijriah
Dahulukanlah dengan membahagiakan keluarga, karena itu bagian dari sedekah yang diutamakan. Selanjutnya, lihat orang-orang terdekat yang membutuhkan, karena tidak semua yang ada di sekeliling adalah orang yang mampu. Bahkan, pasti di temukan saudara atau kerabat yang mengalami kesulitan ekonomi, bantulah dan jangan dijauhi.
Muhasabah diri atau yang juga dikenal dengan istilah introspeksi diri sangat dianjurkan sebagai amalan saat tahun Baru Hijriah. Renungkan setelah melakukan ibadah shalat, zikir, dan mengaji. Apa saja yang telah dilakukan selama setahun yang telah terlewatkan? Bagaimana dalam menjalankan ibadah keseharian?
Bagaimana diri ini dalam bersikap dan berpakaian? Sudahkan lebih baik atau justru jauh dari syariah? Masih banyak muhasabah diri yang perlu dilakukan. Lantas segeralah untuk bertaubat dengan mendirikan sholat taubat, perbanyak istighfar, dan memohon ampunan. Selain itu, jalanilah tahun yang baru dengan ibadah lebih baik lagi.
Adapun anjuran yang bisa dilakukan sebagai cara memperingati Tahun Baru Islam yaitu dengan berziarah. Mengunjungi makam keluarga, membersihkan, dan mendoakannya sebagai bentuk amalan memperingati Tahun Baru Islam untuk meningkatkan keimanan dengan mengingat kematian.
Setelah mengetahui 5 amalan saat tahun Baru Hijriah tersebut, bisa disimpulkan bahwa perayaan Tahun Baru Islam berbeda dengan Tahun Baru Masehi. Amalan sholeh bisa memberikan banyak pahala saat dijalankan dengan kesungguhan, dan mengharap ridha Allah swt. Semoga Allah mempermudah langkah untuk memperbanyak ibadah di bulan Muharram.