Ormas Islam Muhammadiyah sampai saat ini masih aktif dan mengisi masa kemerdekaan di Indonesia dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Kehadiran Muhammadiyah sebagai ormas Islam kedua terbesar sangatlah penting.
Hasil pemikiran dari seorang ulama cerdas dengan keilmuannya yang mumpuni, sedikit demi sedikit berhasil menarik perhatian umat yang didakwahinya. Sebagai seorang pedagang (pengusaha) dan ulama, dakwah-dakwahnya cukup dapat diterima.
Menjadikan ajaran pemurnian Al Qur'an dan Hadits sebagai dasarnya, ormas Islam Muhammadiyah hadir di tanah air melihat perkembangan kehidupan umat dengan ritual-ritual yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran asli Islam yang dicontohkan Nabi Muhammad saw.
Dibentuk pada tahun 1912 di salah satu desa di Yogyakarta, ayitu desa Kauman. Desakan dari para murid Kiai Dahlan (pendiri Muhammadiyah) agar kegiatan keagamaan dan pendidikan yang telah dilaksanakan sebelumnya tetap terjaga meskipun nanti pendirinya telah wafat.
Kyai Dahlan adalah ulama yang pemikirannya banyak terpengaruh dan terinspirasi dari para reformis dunia Islam. Buku-buku yang dibacanya karya ilmuwan muslim dunia Islam banyak mempengaruhi pola pikirnya terhadap modernitas ajaran agama Islam.
Berguru ke banyak ulama dan tanah suci Mekah membuat beliau mendapatkan keberkahan ilmu dan hikmah yang besar atas ajaran-ajaran para guru hingga akhirnya terbersit gagasan mendirikan ormas Islam Muhammadiyah. Berikut rekam jejak Muhammadiyah di bumi Indonesia:
Sebelum membentuk organisasi secara resmi pada tahun 1912, sejarah Muhammadiyah menyatakan bahwa pendirinya yaitu Muhammad Darwis atau KH. Ahmad Dahlan telah lama berdakwah kepada rakyat Indonesia.
Berawal dari teras rumah ayah Kiai Dahlan, beliau mengajar ilmu agama pada penduduk sekitar. Selanjutnya, sekolah-sekolah didirikan dan kegiatan pengajaran tidak hanya perihal ilmu agama saja.
Ilmu umum, ilmu politik, ilmu sosial pun diajarkan demi membuat masyarakat lebih melek terhadap pendidikan. Melek huruf, melek politik, melek kesadaran berbangsa dan bernegara, melek pengetahuan agama. Merupakan satu kesatuan utuh.
Tujuan organisasi Muhammadiyah yaitu mewujudkan masyarakat beragama yang menjunjung tinggi Islam secara kaffah. Sehingga tidak mentolerir ajaran Islam yang terselip unsur-unsur adat istiadat maupun budaya yang nilai-nilainya bertentangan dengan ajaran yang dibawa junjungan umat Islam, Nabi besar Muhammad saw.
Berbagai kegiatan adat yang sama sekali tidak dicontohkan atau dilakukan di zaman Nabi Muhammad saw., dalam pandangan organisasi Muhammadiyah, hal-hal tersebut tidak bisa diterima. Pemurnian ajaran Islam yang sepenuhnya berdasarkan Al Qur’an dan teladan Nabi saw. amat ditekankan.
Gerakan Muhammadiyah didasarkan dan merupakan refleksi dari Al Qur’an yaitu surat Ali Imran pada ayat 104. Menurut ayat tersebut, manusia harus saling menyeru pada kebaikan. Selain itu juga saling mengingatkan agar tidak terjebak dalam kemungkaran.
Gerakan ini disebut amar ma'ruf nahi munkar. Mengingatkan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Lebih luas dari itu, gerakan ormas Islam Muhammadiyah juga menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan negara.
Masa pra kemerdekaan, di sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan yang didirikan oleh Muhammadiyah, diajarkan semangat cinta tanah air dan upaya perebutan kemerdekaan. Bahwa berjuang untuk kemerdekaan merupakan salah satu jalan meraih surga dengan ikut menjadi pejuang pada perang suci. Perang merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.
Siapa yang menyangsikan kiprah Muhammadiyah pada negara kesatuan Republik Indonesia? Tahukah Anda siapa Presiden yang mendeklarasikan kemerdekaan Republik Indonesia? Ir. Soekarno. Beliau adalah seorang negarawan anggota Muhammadiyah.
Para pendiri bangsa Indonesia banyak yang berasal dari Muhammadiyah. Diantaranya adalah Empat Serangkai. Dua orang dari Empat Serangkai adalah anggota Muhammadiyah yaitu Ir. Soekarno dan Ketua PP Muhammadiyah yaitu KH. Mas Mansur. Dua lainnya yaitu Ki Hadjar Dewantara dan Drs. M. Hatta. Mereka memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Istri Ir. Soekarno yang menjahit bendera pusaka merah putih dan dikibarkan saat kemerdekaan adalah juga seorang perempuan anggota lembaga Nasyiatul Aisyiah. Sebuah lembaga yang dibentuk oleh ormas Islam Muhammadiyah khusus perempuan sebagai wadah pergerakan perempuan Indonesia.
Di lembaga ini, para perempuan dididik dan bebas mengekspresikan gagasan mereka sebagai bentuk kesetaraan hak perempuan sesuai ajaran Rasulullah saw. Cikal bakal emansipasi di Indonesia namun yang sesuai syariah. Bukan sebagai bentuk kesetaraan yang kebablasan. Bahwa perempuan bisa berdaya di berbagai bidang namun tidak melupakan kodratnya.
Kecerdasan para perempuan dalam perannya di rumah tangga dan masyarakat pastinya akan membuat negara menjadi lebih kuat. Ketika ibu sebagai madrasah pertama di rumah memiliki akhlak mulia dan kemampuan yang mumpuni dalam mendidik, maka akan menghasilkan generasi yang kuat iman dan berkepribadian luhur.
Strategi perjuangan Muhammadiyah disebut Khittah. Khittah adalah bentuk pemikiran yang merupakan pedoman dari arah perjuangan. Dengan kata lain sebagai dasar berpikir bagi semua anggota Muhammadiyah.
Ada tiga bentuk Khittah Perjuangan. Pertama cara atau metode. Kedua merupakan suatu rencana kegiatan dan yang ketiga dalam bentuk pemilihan kegiatan. Semuanya saling melengkapi dan menjadikan Muhammadiyah terorganisir secara profesional.
Anggota ormas Islam Muhammadiyah yang berjumlah sekitar 60 juta jiwa pada tahun 2019 perlu mengapresiasikan diri. Dengan menunjukan identitas melalui www.rajaframe.com, insan Muhammadiyah dapat melakukan syiar secara online tentang Muhammadiyah. Syiar online dapat dijadikan sarana memperkenalkan dan menunjukan kegiatan ormas yang dilakukan.
Ormas Islam Muhammadiyah telah menjadi bagian yang sangat penting bagi perkembangan Islam dan kekhidupan berbangsa dan bernegara yang religius. Semoga Muhammadiyah tetap berkiprah memajukan umat Islam dengan berbagai tantangan zaman yang mengiringi langkah kehidupan persatuan di Indonesia.