Ternyata Ini 3 Persamaan Utama NU Dan Muhammadiyah

Ternyata Ini 3 Persamaan Utama NU Dan Muhammadiyah

Kiprah NU dan Muhammadiyah untuk kehidupan umat beragama sudah tidak perlu diragukan lagi. Namun, citra kedua organisasi tersebut terkadang menjadi sedikit miring karena ketidakmengertian yang menilainya. Padahal dibalik perbedaan, Allah Swt. telah berikan hikmah kehidupan.

Adanya perbedaan diantara keduanya seringkali menjadi kambing hitam bagi perpecahan. Padahal jika ditelisik lebih dalam, sesungguhnya kedua ormas islam ini sejalan dan searah. Memiliki tujuan yang sama yaitu kebaikan dunia dan akhirat. Selain itu sebagai agama pembawa keselamatan bagi alam semesta. 

Tidak jarang pula terjadi konflik NU dan Muhammadiyah yang sesungguhnya tidak perlu terjadi. Seandainya para pelaku di lapangan paham bahwa dibalik segala perbedaan, nyatanya ada hal yang sangat mendasar yang bila dilihat secara bijak justru menjadi penguat kedua organisasi ini. Nah apa saja sesungguhnya persamaan di antara keduanya? 

Persamaan NU dan Muhammadiyah 

Peran keduanya dalam negara persatuan Republik Indonesia diakui. Dalam salah satu ceramahnya, Gus Mus, seorang pemuka agama di Indonesia menyebutkan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) serta Muhammadiyah memiliki beberapa persamaan yang sangat mendasar. 

1. Guru

Tidak sedikit kalangan awan yang belum mengetahui pendidiri NU dan Muhammadiyah berguru pada guru yang sama. Pendiri NU yaitu KH. Hasyim Asy’ari, sedangkan pendiri Muhammadiyah adalah KH. Ahmad Dahlan. Rupanya mereka dua orang ulama yang bersahabat sejak masih mengecap pendidikan di tanah air dan di tanah suci. 

  • KH. Hasyim Asy’ari
    Keturunan dari Raja Pajang pertama atau yang lebih dikenal sebagai Joko Tingkir. Silsilah selanjutnya menyebutkan jika ditarik garis ke bawah lagi maka sampailah pada Raja Majapahit yang terakhir atau Brawijaya VI. 
    Merupakan pendiri pesantren terbesar di Indonesia yaitu Tebu Ireng. Tidak heran jika keluarga besarnya juga dari garis keturunan ulama. Orang tua, mertua, istri, dan saudara ipar. Begitu juga anaknya KH. Wahid Hasyim. Cucu keturunannya salah satunya adalah Gus Dur atau Abdurrahman Wahid pernah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. 

  • KH. Ahmad Dahlan 
    Lahir di Desa Kauman, Yogyakarta. Seperti halnya KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan juga berasal dari garis ketutruran ulama. Bahkan silsilah beliau menyebutkan bahwa beliau merupakan salah satu garis keturunan Rasulullah saw. Di Indonesia garis keturunan Rasul lebih dikenal melalui gelar kehormatan Habib. 
    Kecerdasannya dan dasar ilmu agama yang luas dan mendalaman, menyebabkan beliau akhirnya terlibat dalam organisasi islam yang pemikirannya cukup modern. Dengan perkembangan demokrasi, budaya, ilmu pemerintahan, dan sebagainya. Pendukungnya kemudian meminta beliau mendirikan organisasi massa dan dinamakan Muhammadiyah. 
    Lalu siapakah guru yang disebut-sebut sebagai guru dari kedua raksasa ormas islam di Indonesia ini? Yaitu KH. Sholeh Darat dari salah satu pesantren di Semarang. Selain itu keduanya pernah sama-sama menjadi siswa Haji Rasul yaitu pendiri Sumatera Thawalib.
    Sumatera Thawalib merupakan sekolah modern yang pertama di tanah air. Selain itu Syekh Muhammad Djamil Djambek juga menjadi guru kedua ulama besar ini. Saat melanjutkan pendidikan agama di Mekkah, Kyai Hasyim dan Kyai Dahlan juga ditakdirkan kembali bersama dan menimba ilmu yang sama  pada Syekh Ahmad Khatib. 

2. Hubbul Wathan (Cinta Tanah Air)

Dalam perjuangan kemerdekan, kiprah NU dan Muhammadiyah sebagai organisasi massa Islam yang dibentuknya memegang peranan penting dalam berbagai aspek. Sebagaimana yang telah kita ketahui, perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran para ulama yang membangkitkan kesadaran berjuang untuk tanah air. 

Kancah politik di tanah air sedikit banyak pemikirannya juga berasal dari ulama-ulama NU dan Muhammadiyah yang keilmuannya luas. Sehingga bukan melulu tentang hablumminallah. Namun segala aspek kehidupan bernegara menjadi tujuan sakral dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. 

3. Semangat Berdakwah

Perkembangan Islam di Indonesia yang begitu pesat sejak masuknya Islam, lalu pada masa pra kemerdekaan, sampai saat ini sangat dipengaruhi oleh peran NU dan Muhammadiyah. Banyaknya dakwah yang disebarkan oleh dua ormas ini sejalan dengan maraknya kehidupan beragama di Indonesia. 

Dakwahnya tidak selalu tentang bagaimana agar mendapatkan pahala berlimpah dan bagaimana agar sholat lebih khusyu dan diterima. Dakwah menyeluruh dari segi kenegaraan sering menjadi tema. Seperti pada muktamar NU dan Muhammadiyah tahun 2015 lalu. 

NU dengan temanya “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Membangung Peradaban Indonesia dan Dunia. Sedangkan Muhammadiyah memilih tema “Gerakan Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan”. Terlihat jelas bahwa dakwah mereka sungguh mengayomi dan memberikan pencerahan masyarakat bernegara dan beragama.

Lalu jika banyak persamaan antara keduanya, kenapa NU dan Muhammadiyah  tidak bersatu? Tentu tidak bisa disamakan. Kepercayaan akan sesuatu hal berdasrkan hikmah pemahaman atas ilmu didapat oleh kedua pendirinya, mestilah ada yang tidak sejalan. Hal-hal seperti ini tidak bisa dipaksa untuk menjadi sama. 

Seperti adanya perbedaan NU dan Muhammadiyah  dalam puasa, juga perbedaan dalam ibadah lainnya seperti sholat, dan hal lainnya tentunya harus disikapi dengan bijak. Sesungguhnya segala perbedaan menunjukan kebesaran Allah Swt. Dengan dasar ilmu yang sama justru terlihat bahwa ilmu Allah itu sangat luas pemahaman dan penerapannya. 

Berbagai komponen masyarakat turut berperan mengibarkan persatuan. Menekan egoisme golongan, dan menghargai sesama. Seperti  www.rajaframe.com menjunjung tinggi perbedaan dan persamaan yang ada dengan menyediakan frame elegan yang membawa pesan-pesan persatuan dan kesatuan bangsa. 

NU dan Muhammadiyah sudah menjadi bagian terpenting bagi perkembangan agama Islam di negara kesatuan Republik Indonesia. Persamaan ini membuktikan bahwa di balik perbedaan pun, persatuan dapat tetap terjaga dengan utuh. 

Baca Juga