Mungkin sebagian orang belum tahu apa itu fungsi perangko? Perangko adalah barang yang sangat berharga di antara orang-orang sebelum penemuan teknologi telepon dan internet. Perangko, disadari atau tidak, telah membantu menghubungkan berbagai sosial lintas wilayah. Istilah perangko" berasal dari bahasa Latin "franco" yang menyiratkan pembayaran untuk sebuah surat. Perangko dikeluarkan oleh pemerintah dan pada dasarnya adalah potongan kertas gambar dengan perekat di bagian belakang serta informasi harga di bagian depan. Perangko digunakan sebagai biaya pengiriman surat dan cara menggunakannya dengan menempelkan pada amplop atau kartu pos yang akan dikirim. Seiring berjalannya waktu, semakin sedikit perangko yang diproduksi akan meningkatkan nilainya. Kantor Pos juga lebih suka pengirim menggunakan tanda terima tunai dengan stempel barcode untuk memungkinkan pelacakan barang pos secara online.
Karena persediaan perangko berkurang, biaya perangko pertama di Hindia Belanda meningkat setiap hari. Perangko pertama yang dicetak di Hindia Belanda mungkin sekarang bernilai hingga Rp 1,6 miliar, menurut Sekretaris Jenderal Persatuan Filatelis Indonesia (PFI). Sekarang harganya bisa lebih tinggi. Harganya benar-benar jauh lebih tinggi daripada Penny Black, yaitu perangko pertama yang pernah diproduksi dan dirilis di Inggris pada tanggal 6 Mei 1840. Koleksi paling awal dihargai lebih tinggi oleh non-filatelis, terutama perangko pertama yang dikenal sebagai Penny Black yang sangat dihargai oleh para kolektor. Karena pada awalnya sangat sedikit prangko yang dicetak dan karena sekarang sudah sangat langka, maka perangko awal di Indonesia sebenarnya jauh lebih mahal.
Perangko digunakan sebagai pembayaran untuk layanan surat di Nusantara sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Perangko pertama dicetak pada tanggal 1 April 1864, ketika Indonesia masih menjadi jajahan pemerintah Hindia Belanda. Ada banyak perjalanan surat antara Belanda dan koloninya, khususnya Indonesia pada saat itu. Pemerintah Hindia Belanda juga memproduksi perangko sebagai alat pembayaran yang sah untuk surat pos. Perangko pertama berwarna merah anggur dimana Raja Belanda Willem III digambarkan dalam bingkai persegi. Di bagian atas prangko ada tulisan 10 sen, sedangkan di bagian bawah ada tulisan Postzegel. Tulisan Nederl ada di sebelah kiri, dan tulisan Indie ada di sebelah kanan. Karya seni prangko tersebut dibuat oleh TW Kaiser di Amsterdam. Tentu saja, perangko asli Hindia Belanda kini sudah langka dengan usia lebih dari 157 tahun. Beberapa museum perangko, termasuk Museum Perangko Taman Mini Indonesia Indah (TMII) masih menyimpan perangko lama. Perangko awal di Hindia Belanda dicetak di Belanda, bukan di Indonesia, menurut Cadria Aditama selaku direktur Museum Perangko TMII. Pada pencetakan perangko pertama Belanda terdapat gambar pada prangko pertama Willem III. Perangko itu diterbitkan di Belanda dan tersebar di pulau-pulau. Kolektor prangko yang juga dikenal dengan filatelis saat ini sangat tertarik dan mencari prangko dengan kode nama N-1.
Perangko pertama yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia tentunya sebelum zaman penjajahan. Segera setelah Soekarno memproklamasikan kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan perangko untuk menggantikan perangko Belanda yang sebelumnya digunakan untuk pengiriman surat. Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan perangko pertama untuk memperingati setengah jalan kemerdekaan dan sebagai lambang kemerdekaan Indonesia dari penjajahan. Perangko itu bergambar banteng dan bendera merah putih. Di bagian atas, tertulis Indonesia Merdeka. Ada juga tanggal kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, tertulis di sana. Tulisan Repoeblik ada di sebelah kiri dan tulisan Indonesia ada di sebelah kanan. Pada saat itu, perangko itu bernilai 20 sen.
Meski tidak setua perangko asli Hindia Belanda, perangko pertama yang diproduksi oleh Pemerintah Republik Indonesia kini menjadi barang langka. Perangko ini dapat ditemukan di berbagai museum dan tempat pameran. Perangko pemerintah Indonesia pertama kali dipamerkan pada Pameran Filateli Dunia yang diselenggarakan di JCC Senayan Jakarta pada 18-24 Juni 2012. Komisaris umum pameran memberikan penjelasan singkat tentang arti perangko. Dia mengklaim bahwa perangko bergambar banteng menarik rantai merupakan akhir dari era kolonial Indonesia. Menurut laporan, mantan Presiden Soekarno memberi perintah kepada PT Pos Indonesia untuk memproduksi prangko tersebut.
Sejak itu, pemerintah Indonesia terus menggunakan perangko sebagai simbol perjuangan dan pengingat sejarah negara. Misalnya, prangko yang dibuat untuk menunjukkan kedaulatan Republik Indonesia yang saat itu terancam direbut kembali oleh Belanda, dirilis pada 1 Desember 1946 di Yogyakarta. Selain itu, pada April 1955, perangko peringatan Konferensi Asia Afrika dikeluarkan bersamaan dengan konferensi di Bandung, Jawa Barat. Perangko yang menggambarkan bola dunia dan peta kawasan Asia-Afrika, menandai dimulainya perlawanan bangsa-bangsa terhadap imperium global.
Komunitas filateli Indonesia semakin berkembang. Komunitas filateli Indonesia sudah ada sejak sebelum kemerdekaan, seperti halnya perangko pada masa kolonial. Komunitas filateli di Indonesia mulai tumbuh pada 29 Maret 1922. Postzegelverzamelaars Club Batavia, sebuah klub filateli di Batavia, pada saat itu didirikan oleh sekelompok pecinta perangko. Pada tanggal 29 Maret 1922, pemerintah setempat mengakui asosiasi ini. Setelah itu, beberapa organisasi filateli didirikan di seluruh Indonesia. Pada tanggal 15 Agustus 1940, organisasi-organisasi regional ini bergabung membentuk Nederlandsch Indische Vereniging van Postzegel Verzamelaars, sebuah gerakan yang terkoordinasi secara nasional, sebagai kelanjutan dari Postzegelverzamelaar Club Batavia.
Nama organisasi diubah menjadi Algemene Vereniging Voor Philatelisten. Menyusul Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Organisasi ini merupakan cikal bakal berdirinya Perhimpunan Filatelis Indonesia pada tahun 1953. Sejak tahun 1965 hingga 1985, Perhimpunan Filatelis Indonesia dikenal dengan nama Perhimpunan Filatelis Indonesia (PFI). Indonesia bergabung dengan Federation International de Philatelie (FIP) yang berbasis di Swiss pada tahun 1969.
Indonesia dan sejumlah anggota FIP lainnya di kawasan Asia mendirikan Federation of Inter-Asian Philately (FIAP) pada tahun 1974, yang mencakup organisasi perhimpunan filateli di kawasan Asia-Pasifik. Kantor pusat perusahaan berada di Singapura. PFI tidak pernah menjadi organisasi politik, melainkan organisasi hobi seluruh Indonesia yang nirlaba.
Salah satu Komunitas Kolektor Perangko Indonesia (KKPI) adalah organisasi nirlaba independen yang bergerak di bidang hobi mengoleksi prangko dan/atau filateli lainnya yang memiliki kepentingan nasional. Kegiatan KKPI untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan anggota antara lain menyelenggarakan pameran filateli, ceramah, seminar, rapat, dan acara sejenis; memudahkan anggota untuk memperoleh dan mengumpulkan benda-benda filateli; mendorong tumbuhnya kegiatan yang mendukung dan mendukung hobi mengoleksi perangko baik secara langsung maupun tidak langsung/melalui media internet.