Hari raya keagamaan besar lainnya yang harus kita ketahui dan rayakan adalah Nyepi. Hari raya yang memiliki nama lain Hari Raya Nyepi ini merupakan hari raya umat Hindu yang diperingati setiap Tahun Baru Caka. Kalender tahun baru ini didasarkan pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dianggap sebagai hari penyucian para dewa di tengah lautan yang membawa esensi dari amerta air hidup. Bagi umat Hindu, Tahun Baru Caka atau Hari Raya Nyepi mengandung makna yang sangat dalam, yaitu sebagai hari kebangkitan, hari pembaruan, hari toleransi, hari kebersamaan, hari perdamaian, dan hari kerukunan nasional.
Berkaitan dengan Hari Raya Nyepi ada beberapa hal yang harus anda ketahui, antara lain :
Setiap pemeluk agama Hindu pada hari raya Nyepi wajib berdiam diri selama 24 jam. Hal ini dilakukan dengan tidak memajang lampu, listrik, berbicara, pergi bekerja atau sekolah dan hal-hal lain yang dapat menimbulkan kebisingan atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan selama hari raya berlangsung.
Kegiatan berdiam diri ini dilakukan karena Nyepi dipercaya memiliki tujuan untuk mengelabui setan-setan yang ada, dengan berpura-pura “Tidak ada kehidupan” selama sehari penuh agar setan-setan yang membawa malapetaka atau bencana dapat pergi.
Ada beberapa aturan dan larangan yang tidak boleh dilanggar oleh umat Hindu saat Nyepi, yaitu:
Aturan ini melarang . Semua umat Hindu yang merayakan Nyepi dilarang menyalakan api, lampu, dan listrik, atau menunjukkan amarah seperti api.
Amati Lelanguan adalah larangan bagi siapa saja untuk bepergian, melakukan kegiatan boros atau bersenang-senang secara berlebihan. Biasanya, aturan ini diikuti dengan puasa penuh selama Hari Raya Nyepi.
Amati Karya memiliki larangan bagi semua umat Hindu untuk tidak melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan. Misal seperti berjualan, pergi ke kantor, atau memperbaiki alat elektronik dan sebagainya.
Ritual Nyepi dimulai dari pukul 06.00 pagi hingga 06.00 pagi keesokan harinya sesuai waktu setempat. Di Bali sendiri, sebagai kota dengan pemeluk agama Hindu terbanyak di Indonesia, pelaksanaan Nyepi semakin khusyuk karena semua kegiatan di liburkan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandara Internasional ditutup, tetapi tidak untuk rumah sakit. Sama seperti perayaan keagamaan lainnya, Nyepi juga memiliki rangkaian kegiatan yang wajib dilakukan oleh umat Hindu, yaitu sebagai berikut baik sebelum maupun sesudah Nyepi:
Upacara ini dilakukan tiga atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan penyucian dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga dengan Melis/Mekiyis. Pada hari itu, semua sarana peribadatan di pura (tempat suci) diarak ke pantai atau danau untuk dibersihkan atau disucikan.
Sehari sebelum dilaksanakan Nyepi pada 'tilem sasih kesanga' (bulan mati ke-9), semua umat Hindu di Bali melakukan upacara Buta Yadnya. yang memiliki makna upacara Buta Yadnya ini di peruntukkan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala, dengan memohon agar mereka tidak mengganggu umat. Bagi umat Hindu mempercayai bahwa Buta kala akan menyebabkan bencana, penyakit, dan malapetaka.
Prosesi tawur atau pecaruan biasanya diikuti dengan upacara pengrupukan (ngerupuk). Dalam hal ini, umat Hindu akan melaksanakan beberapa ritual. Ini termasuk menyebarkan nasi tawur, mengobor rumah dan seluruh halaman, menyemprot rumah dan halaman dengan bubuk mesiu, dan memukul benda apa pun (biasanya gong) hingga menimbulkan suara keras. Proses ini bertujuan untuk mengusir Buta Kala dari rumah, pekarangan, serta lingkungan . Di Bali, pengrupukan biasanya dirayakan dengan parade ogoh-ogoh.
Ogoh-ogoh adalah penjelmaan Kala Buta yang diarak keliling desa lalu dibakar di atas api unggun. Tujianya juga sama agar Buta Kala tidak mengganggu lingkungan sekitar. Biasanya ogoh-ogoh digambarkan dalam bentuk boneka raksasa yang terbuat dari kertas dan bambu.
Keesokan harinya, pinanggal pisan Sasih Kedasa (hari ke-1, bulan ke-10), Hari Raya Nyepi yang sebenarnya tiba. Dalam pelaksanaan Nyepi lingkungan akan terasa senyap dan sepi. Tidak ada aktivitas yang sibuk secara umum. Pada hari ini, umat Hindu akan melaksanakan 'Catur Brata' Penyepian.
Rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Caka/Hari Raya Nyepi adalah hari Ngembak Geni yang jatuh pada 'pinanggal ping kalih' (hari ke-2 Sasih Kedasa bulan ke-10). Pada saat itu Dharma Santi (silaturahmi) akan di lakukan dari siang hingga sore hari oleh masyarakat Hindu.
Dharma Santi dilakukan bersama keluarga besar dan tetangga, saling mengucap syukur dan saling memaafkan (ksama) untuk mengawali tahun baru yang bersih. adalah falsafah Tattwamasi yang memandang semua manusia di seluruh pelosok bumi sebagai ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasa. Oleh karena itu, setiap manusia harus saling mengasihi, memaafkan segala kesalahan dan kesalahan, serta hidup rukun dan damai.
Seiring dengan hari Ngembak Geni, ada tradisi unik turun temurun yang disebut Omed-omedan yang hanya bisa ditemukan di kawasan Sesetan, Denpasar. Tradisi omed-omedan biasanya diikuti oleh pemuda-pemuda setempat yang belum menikah berusia 17 hingga 30 tahun. Omed-omedan diawali dengan berdoa bersama. Kemudian, mereka akan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu laki-laki dan perempuan. Kedua kelompok akan berdiri berhadap-hadapan. Kemudian, kedua kelompok itu saling tarik-menarik, berpelukan, dan mencium pipi sambil disiram air oleh semua orang yang hadir.
Sesuai dengan namanya, dalam tradisi Mebuug-buugan, setiap orang akan mengotori tubuhnya dengan lumpur. Jadi bisa dibilang, ini seperti perang lumpur. Perang lumpur ini bisa diikuti oleh pria dan wanita dari segala usia. Setelah terkena lumpur, seluruh peserta akan berjalan kaki menuju pantai di Barat untuk membersihkan diri. Meski terkesan aneh, tradisi Mebuug-buugan telah ada selama ratusan tahun dan masih dilestarikan, setelah sempat terhenti selama 60 tahun dan mulai ramai kembali pada tahun 2015.