Nama lengkapnya adalah H. Ganjar Pranowo, S.H, M.IP, lahir 28 Oktober 1968 di Karanganyar, Jawa Tengah. Ia adalah anak dari seorang polisi yang mengajarkan disipling tinggi. Ibunya hanya seorang ibu rumah tangga yang mengajarkan norma-norma kehidupan kepada semua anak-anaknya. Sehingga Ganjar menerapkan kombinasi didikan disiplin yang diajarkan ayahnya serta budi pekerti yang diturunkan oleh ibunya. Ganjar hidup dalam keluarga yang sederhana. Maka tak heran jika ia memiliki semangat kerja yang sangat tinggi. Menempuh pendidikan SD di SDN 1 Kutoarjo, SMPN 1 Kutoarjo, SMA BOPKRII Yogyakarta. Menyelesaikan Sarhana di Universitas Gajah Mada, Fakultas Hukum dan Pascasarjana Ilmu Politik di Universitas Indonesia.
Selama menjadi mahasiswa di UGM, Ganjar cukup aktif mengikuti berbagai kegiatan mahasiswa kala itu. Dalam setiap kegiatan yang diinisiasi oleh Ganjar beserta teman-temannya, ia gencar menentang rezim otoriter Orde Baru (ORBA). Selanjutnya Ganjar memutuskan untuk bergabung dengan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia atau disingkat GMNI. Keputusannya untuk bergabung dengan GMNI merupakan keputusan tepat, karena tak lama kemudian ia bisa bertemu dengan Megawati Soekarno Putri. Megawati pada saat itu merupakan salah satu tokoh yang aktif melawan pemerintahan Soeharto. Ia belajar banyak hal dengan menyerap ilmu dari beberapa tokoh politik terkenal di tanah air mulai dari Megawati Soekarnoputri hingga Soetardjo Soerjogoeritno.
Sekitar bulan September 2012 ia memulai karirnya dengan membangun kantor hukum sendiri. Sebagai konsultan SDM untuk PT Prastawana Karya Samitra dan PT Semeru Realindo Inti. Pengalaman selama belajar dengan beberapa tokoh politik membuatnya kian mempertajam kemampuan intelektual yang dimiliki.
Pada tahun 2004 Ganjar mendaftarkan namanya sebagai calon anggota legislatif dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Sayang sekali, ia tidak mendapatkan banyak suara. Meskipun begitu, Ganjar tetap maju menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk menggantikan rekan satu partai yang ditugaskan Megawati menjadi duta besar. Pada tahun 2009-2014 ia terpilih sebagai anggota DPR dan aktif di Komisi II membidangi persoalan hukum. Di periode yang sama ia terpilih menjadi anggota panitia hak angket kasus Bank Century.
Selama masih aktif sebagai anggota legislatif, Ganjar memutuskan maju dalam ajang Pemilihan Kepala Daerah Jawa Tengah untuk periode 2013-2018. Ia mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Tengah, bersama pasangannya Heru Sudjatmoko sebagai calon wakil gubernur yang diusung oleh PDIP. Ganjar Pranowo pada saat itu berusia 45 tahun resmi terpilih sebagai Gubernur Jawa Tengah untuk periode 2013-2018, unggul atas calon petahana yakni Bibit Waluyo. Selama menjadi Gubernur, ia mendapatkan penghargaan diantaranya sebagai Kepala Daerah Inovatof 2014 untuk kategori Layanan Publik, serta anugerah Tokoh Media Radio dari Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia di Jawa Tengah.
Selama proses pelantikan berjalan sebagai Gubernur provinsi Jawa Tengah pada 23 Agustus 2013, Ganjar memperoleh tanda pangkat jabatan dan kata-kata pelantikan. Ia menandatanganani pakta integritas dan penandatanganan berita acara serah terima jabatan. Usai pelantikan, ia melaksanakan program unggulan yang sebelumnya disampaikan selama masa kampanye yang disebut dengan Agenda 18.
Sepak terjangnya sebagai gubernur mendapatkan banyak pujian. Ia mendapatkan banyak penghargaan dari berbagai pihak, mulai dari yaitu Kepala Daerah Inovatif tahun 2014 untuk kategori layanan publik, lalu penghargaan anugerah sebagai Tokoh Media Radio dari Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) Jawa Tengah. 5 tahun kemudian, Ganjar kembali lagi mencalonkan diri pada ajang Pemilihan Kepala Daerah Jawa Tengah di tahun 2018. Pada pemilihan Gubernur Jawa Tengah ini, Ganjar memilih Gus Yasin sebagai wakil gubernur dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Gus Yasin merupakan putra dari Maimoen Zubair, ulama kharismatik Jawa Tengah. Berbekal prestasi dan popularitasnya, Ganjar yakin akan menang mengungguli pasangan Sudirman Said dengan wakilnya Ida Fauziyah pada pesta demokrasi rakyat di propinsi Jawa Tengah. Ganjar terpilih lagi sebagai Gubernur Jawa Tengah periode 2018-2023.
Sebagai seorang Gubernur Jawa Tengah, Ganjar juga disebut sebagai sebagai "Gubernur Twitter." Alasannya karena ia memanfaatkan Twitter menjadi sarana untuk menjalin komunikasi dengan masyarakat. Ia menerima keluhan dari warganya seputar masalah pembangunan di Provinsi Jawa Timur. Selama memimpin menjadi Gubernur, Ganjar Pranowo sering sekali memakai kaos oblong. Pada banyak kesempatan acara formal maupun non formal, sebagai Gubernur maupun tidak, ia sering tertangkap kamera menggunakan kaos oblong dengan tulisan kalimat dalam bahasa Jawa.
Kalimat yang tertera pada kaos Ganjar bukan ditulis tanpa sengaja dan bukan tanpa tujuan. Ganjar menggunakan kaos sebagai alat untuk menyampaikan pesan kepada para warga Jawa Tengah karena menurutnya diplomasi menggunakan kaos akan lebih efektif dibandingkan menyampaikan pidato secara lisan di atas panggung. Selain dianggap lebih memudahkan dalam menyampaikan pesan kepada warga, menurutnya diplomasi kaos oblong juga lebih bermanfaat dalam membantu UMKM. Pesan yang tertulis di kaosnya akan diliput media sehingga terpublikasi secara luas melalui media sosial. Orang yang tertarik dengan tulisan dalam kaos akan ia pesan pembuatannya kepada usaha pembuat kaos.
Dalam survei elektabilitas yang dilakukan, Nama Ganjar Pranowo beberapa kali muncul. Pada bulan Februari tahun 2021 lalu, Lembaga Survei Indonesia disingkat LSI merilis survei elektabilitas. Mengejutkan, prosentase nama Ganjar Pranowo berada di angka 10,6 persen dari 1.200 responden. Meskipun secara elektabilitas, nama Ganjar Pranowo masih dibawah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Prabowo meraih 22,5 persen dan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta meraih 10,2 persen. Berikutnya, Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia pada Maret 2021 merilis survei elektabilitas terbaru. Dari jumlah 1.200 responden, survei tersebut menampikan hasilnya bahwa Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebesar 15,2 persen di urutan pertama. Urutan kedua diisi nama Ganjar Pranowo dengan 13,7 persen. Urutan ketiga ditempati oleh Ridwan Kamil Gubernur Jawa Barat dengan 10,2 persen.