Tahun Baru China atau biasa disebut Hari Raya Imlek selalu disambut dengan meriah bagi umat yang merayakannya. Melihat sejarahnya di Indonesia, Imlek baru diakui resmi sebagai hari libur nasional pada era Reformasi. Sebelumnya perayaan Imlek dilarang hingga tahun 2000 Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mencabut larangan tersebut.
Tak hanya itu, ternyata ada fakta-fakta di balik hari raya Imlek yang masih jarang diketahui. Penasaran? Berikut penjelasan lengkapnya!
Imlek dikenal dalam bahasa Mandarin sebagai ‘Nongli Xinnian’ yang berarti tahun baru. Kata Imlek biasa digunakan masyarakat Tionghoa yang ada di luar daratan China. Kata Imlek berasal dari 'Im' yang artinya 'bulan' dan 'Lek' atau 'penanggalan', yang artinya ‘kalender bulan’.
Imlek juga disebut ‘Chunjie’, atau yang juga dikenal dengan ‘Festival Musim Semi’. Imlek dimulai pada tanggal 1 bulan pertama hingga tanggal 15 bulan pertama atau biasa disebut Cap Go Meh.
Menariknya, Imlek juga ditetapkan sebagai libur nasional terpanjang di China. Minimal berlangsung selama 15 hari hingga puncaknya pada Cap Go Meh dengan serangkaian ritual ibadah dan sembahyang yang akan dilakukan.
Namun, libur Imlek terpanjang bisa mencapai 40 hari. Pasalnya perayaan Imlek digabung dengan perayaan festival-festival lain sepanjang musim semi.
Dengan panjangnya libur Imlek tersebut, masyarakat Tionghoa memanfaatkan momen untuk pulang ke kampung halaman masing-masing. Arus mudik sangat masif dengan rekor 3 miliar perjalanan yang dilakukan sejak 2020.
Fenomena ini menjadi rekor migrasi terbesar dan hampir mirip dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri di Indonesia. Biasanya masyarakat lebaran pulang kampung dan berkumpul bersama dengan keluarga, di China juga melakukan hal yang sama.
Kondisi ini juga berlangsung seraya tradisi-tradisi khas Imlek yang juga dilakukan sebagian masyarakat Tionghoa yang tinggal di Indonesia. Meskipun tidak semua melakukan mudik karena sudah dekat dengan sanak saudaranya.
Sebelum masuk ke kebiasaan dan tradisi yang familiar dengan masyarakat Indonesia, satu tradisi yang kurang tepat dan dilakukan oleh orang-orang yang merayakan Imlek di Indonesia adalah ucapan ‘Gong Xi Fa Chai’. Kalimat selamat ini sudah familiar diucapkan untuk orang yang merayakan Imlek.
Meski begitu, kalimat Gong Xi Fa Chai ternyata tidak bersinggungan dengan hari Raya Imlek. Kalimat ini artinya mendoakan orang untuk bisa mendapatkan rejeki. Padahal, asal-usul kalimat ini merupakan mitologi China yang mengalahkan monster bernama Nian dan semua orang mengucapkan Gong Xi yang artinya selamat.
Akan lebih tepat jika kalimatnya diubah menjadi ‘Xi Nian Kuai Le’ yang memang memberikan selamat terhadap momen pergantian tahun. Ungkapan ini mengharapkan kebahagiaan dalam menyambut tahun baru yang lebih sesuai dengan hari Raya Imlek.
Seperti dijelaskan sebelumnya, kalau dalam mitologi China ada monster Nian yang meneror penduduk desa dengan memakan tanaman, ternak, hingga anak-anak. Monster tersebut digambarkan sebagai makhluk setengah banteng dan kepalanya mirip singa. Sehingga, banyak orang bersembunyi di dalam rumah agar tidak menjadi santapan Nian.
Meski dikenal sebagai binatang buas dan berbahaya, tapi Nian takut dengan tiga hal seperti kebisingan, warna merah, dan api. Sehingga penduduk desa dapat mengalahkannya dan sejak saat itu juga setiap imlek penuh dengan warna merah sebagai pembawa keberuntungan.
Tradisi memberi angpao sudah biasa dilihat saat Perayaan Imlek. Amplop berisi uang yang identik dengan warna merah ini biasa dibagikan untuk anak-anak maupun orang yang lebih muda.
Saat perayaan Tahun Baru China atau Imlek, angpao dibagikan dengan tujuan untuk memperoleh kebaikan dan berkah. Sejarah memberi angpao ini ternyata sudah berlangsung sejak lama. Bahkan, sudah ada ribuan tahun lalu di China. Tradisi bagi-bagi angpao diperkirakan sudah ada sejak Dinasti Qin yaitu 221-206 SM.
Masyarakat Tionghoa percaya bahwa menerima angpao artinya menerima berkat dan doa untuk menjalani tahun yang baru dengan aman, bahagia, damai, dan penuh keberuntungan. Secara simbolik, angpao juga menjadi tanda sebagai penolak bala atau musibah dan kesialan.
Adanya larangan menyapu rumah, mencuci perkakas, hingga keramas dan membuang sampah dari rumah saat rangkaian Imlek sudah dipercaya sejak lama. Pasalnya membuang artinya membuang keberuntungan dan rejeki tahun baru. Sehingga semua larangan tersebut masih dipercaya hingga sekarang oleh sebagian orang.
Itulah fakta-fakta unik mengenai hari raya Imlek yang masih jarang diketahui masyarakat. Sehingga Anda akan menambah banyak wawasan dengan tulisan ini. Mana fakta yang baru Anda ketahui setelah membaca artikel ini?