
Di antara malam-malam penuh berkah dalam Islam, Isra Mi’raj adalah salah satu yang paling agung dan penuh keajaiban. Setiap tahunnya, umat Muslim di seluruh dunia memperingati peristiwa luar biasa ini dengan hati penuh takzim. Dan pada tahun 2027, Isra Mi’raj kembali hadir, mengajak kita merenungkan perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW bukan hanya sebagai kisah mukjizat, tetapi juga sebagai pelajaran abadi tentang iman, kesabaran, dan kedekatan dengan Allah.
Isra Mi’raj merupakan dua peristiwa besar yang terjadi dalam satu malam. Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram (Mekah) ke Masjidil Aqsa (Palestina), sedangkan Mi’raj adalah perjalanan beliau naik ke Sidratul Muntaha, langit tertinggi, untuk menerima perintah shalat langsung dari Allah SWT.
Peristiwa ini bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual dan simbol kedekatan hamba dengan Tuhannya. Dalam waktu yang amat singkat, Rasulullah SAW menempuh jarak ribuan kilometer dan menembus batas ruang serta waktu sebuah keajaiban yang tak bisa dijangkau oleh logika manusia.
Namun di balik mukjizat itu, tersimpan pesan mendalam: bahwa iman sejati tidak selalu bergantung pada logika, melainkan pada keyakinan yang bersumber dari hati.
Di era modern yang serba cepat dan materialistis seperti sekarang, kisah Isra Mi’raj sering kali diingat sebagai sejarah semata. Padahal, nilai-nilai spiritualnya sangat relevan untuk kehidupan masa kini.
Isra Mi’raj mengingatkan kita untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk dunia, lalu kembali mendekat kepada Sang Pencipta.
Di tengah kesibukan karier, target, dan tekanan hidup, manusia sering lupa arah. Kita mengejar pencapaian duniawi tanpa jeda untuk menenangkan jiwa. Padahal, Mi’raj Rasulullah mengajarkan bahwa kedamaian sejati hanya ditemukan ketika hati bersujud.
Shalat ibadah yang diwajibkan langsung dalam peristiwa Mi’raj adalah simbol hubungan vertikal manusia dengan Allah. Ia bukan sekadar kewajiban, tapi jembatan spiritual yang menjaga keseimbangan hidup.
Ketika dunia membuat kita lelah, shalat menjadi tempat beristirahatnya hati, tempat bercerita tanpa kata, tempat bersandar tanpa syarat.
Isra Mi’raj juga memberi kita pelajaran penting tentang kesabaran dan keimanan di masa sulit.
Peristiwa ini terjadi pada masa Rasulullah SAW sedang berada dalam duka mendalam setelah wafatnya Abu Thalib (paman yang melindungi beliau) dan Khadijah RA (istri tercinta yang selalu setia mendampingi). Tahun itu dikenal sebagai ‘Aam al-Huzn’ atau Tahun Kesedihan.
Di saat manusia meninggalkan beliau, Allah justru mengangkat beliau ke langit tertinggi. Ini menjadi pesan indah bagi kita semua:
“Kadang, di saat kita merasa terpuruk dan sendirian, justru itulah waktu Allah paling dekat dengan kita.”
Perjalanan Rasulullah menunjukkan bahwa setiap kesulitan membawa peluang untuk naik derajat. Mi’raj bukan sekadar perjalanan ke langit, tapi simbol bahwa orang beriman akan selalu ditinggikan jika ia tetap sabar dan teguh.
Merayakan Isra Mi’raj 2027 seharusnya bukan sekadar menghadiri pengajian atau mendengarkan ceramah, tapi juga menerapkan spiritnya dalam kehidupan nyata.
Beberapa nilai yang bisa kita ambil antara lain:
Kedisiplinan dalam Shalat
Rasulullah SAW menerima perintah shalat langsung dari Allah tanpa perantara. Itu menunjukkan betapa pentingnya ibadah ini. Di era serba sibuk, menjaga waktu shalat berarti menjaga hubungan dengan Sang Pencipta.
Kesabaran dan Keteguhan Iman
Meski menghadapi ujian berat, Nabi tetap tegar. Kita pun harus belajar untuk tetap yakin bahwa setiap kesulitan memiliki makna dan ujung yang indah.
Rasa Syukur dan Rendah Hati
Isra Mi’raj mengajarkan bahwa kemuliaan sejati tidak datang dari pangkat atau harta, tetapi dari kerendahan hati dan ketaatan kepada Allah.
Menjaga Spirit Ukhuwah
Rasulullah memulai perjalanan dari Masjidil Aqsa simbol persaudaraan antarumat dan keberagaman. Ini mengingatkan kita agar menjaga toleransi dan kebersamaan di tengah perbedaan.
Isra Mi’raj 2027 adalah momentum untuk memperbaiki diri dan memperdalam hubungan kita dengan Allah SWT. Bukan berarti harus melakukan perjalanan ke langit, tapi menaikkan jiwa ke derajat yang lebih baik lebih sabar, lebih tulus, dan lebih taat.
Mari gunakan momen ini untuk merenung:
Apakah kita sudah menjaga shalat dengan sungguh-sungguh?
Apakah kita sudah mengingat Allah di sela kesibukan dunia?
Apakah kita sudah meneladani sabar dan tawakal Rasulullah?
Isra Mi’raj bukan sekadar kisah kuno, tapi cahaya yang terus hidup di setiap hati yang beriman.
Ia mengajarkan bahwa Allah selalu membuka jalan bagi hamba-Nya yang percaya, bahkan di tengah gelapnya ujian hidup.
Di Tahun 2027 ini, mari sambut Isra Mi’raj bukan hanya dengan ucapan selamat, tetapi dengan tekad baru untuk memperbaiki diri.
Semoga kita semua bisa meneladani perjalanan Nabi berjalan di bumi dengan rendah hati, namun senantiasa meninggikan hati menuju langit iman.
“Subhanalladzi asra bi’abdihi laylan...
Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada malam hari...” (QS. Al-Isra: 1)