Jika melihat sejarah hari Kartini pada masa kini, maka perempuan Indonesia benar-benar harus bersyukur. Beliau menjadi salah satu perpanjangan tangan atas kemerdekaan dan terbukanya hak akses belajar bagi perempuan di bumi nusantara. Maka, generasi masa kini harus bisa mengisi gelaran kesempatan yang diberikan, agar perjuangan beliau tidak sia-sia,
Puncak dari keberhasilan Kartini sebagai salah satu pionir dalam pemberdayaan perempuan yakni dijadikan hari lahirnya sebagai Hari Kartini, sekaligus penyematan dirinya sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Hal ini termaktub dalam Keputusan Presiden RI nomor 107 pada tahun 1964.
Emansipasi yang dilakukan Kartini artinya memberikan kebebasan penuh kepada hak-hak perempuan. Beliau menginginkan bahwasanya perempuan bisa memiliki persamaan hak di berbagai aspek kehidupan, tak berbeda dengan kaum lelaki.
Pada awalnya, Kartini yang merupakan seorang gadis bangsawan. Konon, pendidikan pada zaman itu hanya boleh dilakukan oleh kaum lelaki. Para gadis tak diperkenankan belajar, kecuali jika ia dari golongan bangsawan seperti Kartini. Itupun hanya sampai usia 12 tahun saja, karena para wanita kala itu akan langsung dipingit, menunggu pria datang melamar.
Pengorbanan dan perjuangan Kartini kala itu membuat penyematan dan sejarah hari Kartini ini terasa begitu istimewa. Kartini beranggapan bila perempuan lebih terdidik, maka hal itu tidak akan menciptakan kesenjangan dalam masyarakat dan rumah tangga, sehingga para lelaku tak bisa bertindak sewenang-wenang. Inisiatifnya itu ia tuliskan dalam bentuk surat-surat kepada sahabatnya.
Dalam beberapa tahun kemudian, kumpulan surat dari Kartini diterbitkan dalam sebuah buku yang diberi judul Habis Gelap Terbitlah Terang pada tahun 1911. Hal itu menjadi salah satu senjata yang ia usung untuk bisa memberikan kelas khusus bagi para perempuan di kala itu. Kartini menyebarkan ilmu den memberikan pelajaran membaca, menulis, memasak, menjahit, dan beberapa jenis kerajinan tangan.
Keberanian Kartini membuat para perempuan dari berbagai daerah di Indonesia bisa termotivasi melakukan gerakan serupa. Pada tahun 1904 berdiri sebuah Sekolah Istri di Jawa Barat yang digawangi oleh Raden Dewi Sartika. Dalam perkembangannya, sekolah ini mengalami beberapa perombakan sistem dan nama menjadi Sekolah Keutamaan Istri.
Betapa keberanian Kartini yang menjadi sebuah sejarah hari Kartini, dapat dikatakan sebagai satu suntikan semangat yang bisa menjalar ke seluruh negeri. Pada tahun 1917, Maria Walanda Maramis melakukan pendirian sekolah dengan nama PIKAT (Percintaan Ibu terhadap Anak Temurunnya).
Berkat bantuan dari para pemuda pelajar STOVIA yang berada dalam Pemuda Pelajar gawangan Budi Utomo, organisasi-organisasi milik perempuan banyak berkembang secara pesat. Putri Mahardika merupakan organisasi wanita yang pertama di dalam tubuh STOVIA. Dibentuk tahun 1912 di Jakarta, tujuan pembentukan Putri Mahardika yakni bisa membantu nasihat dalam hal pendidikan dan keuangan.
Setelah Putri Mahardika lahir, banyak sekelompok Wanita yang ingin pula diakui sebagai perpanjangan tangan semangat Kartini yang jasanya dikenang dengan catatan sejarah Hari Kartini Indonesia yang menginspirasi. Pada tahun 1915, muncul Organisasi Pawiyatan. Tahun 1918 muncul Wanito Susilo, kemudian tahun 1917 lahir Organisasi Purborini.
Ragam budaya dan organisasi ini membuat para pencetusnya menggagas sebuah Kongres Perempuan Indonesia, karena terinspirasi dari Kongres Pemuda. Setelah beberapa tahun didiskusikan, akhirnya Kongres Perempuan Indonesia pertama kali digelar pada 22-25 Desember 1928 di Pendopo Joyodipuro.
Berkat pemikirannya yang bernas dan out of the box pada zamannya, banyak perempuan Indonesia yang kini bisa merasakan manfaat diperjuangkan haknya. Berikut penjelasan selengkapnya.
Kartini begitu prihatin dengan kehidupan para perempuan pada zamannya yang dikucilkan dan tak dianggap. Perempuan dianggap makhluk bodoh dan tak bisa diandalkan. Oleh karena itu, Kartini ingin perempuan juga bisa menempuh pendidikan yang layak agar harga dirinya tak bisa diinjak siapa saja.
Perempuan dicitrakan sebagai sosok yang manut dan tidak melawan. Hidupnya hanya berkaitan dengan sumur, dapur, dan kasur. Kartini mencoba mengubah pandangan itu dengan memberikan kesempatan belajar agar para perempuan bisa mengembangkan diri.
Perempuan selalu takut melangkah pada zaman beliau. Oleh karena itu, semakin besar keinginannya untuk melihat perempuan-perempuan berani mengambil keputusan, bisa mandiri dan berdikari tanpa bergantung pada lelaki.
Betapa sejarah hari Kartini seharusnya mampu memberikan satu semangat baru untuk semua pihak, terutama perempuan masa kini. Bahwa segala hal yang dulu diperjuangkan harus terus dipertahankan, bahkan dikembangkan dengan lebih baik. Salah satu bentuk menghargai hak emansipasi perempuan, yakni dengan menjalankan peran sebaik-baiknya. Baik saat Anda berada di ranah domestik, maupun saat berada di ranah publik. Hal ini akan menunjukkan eksistensi perempuan benar-benar nyata dalam kehidupan.